Sabtu, 07 Mei 2016

Ratusan hari setelah hari itu

23 Januari 2015.

Pernahkah terpikir sebelumnya bahwa akan ada persembahan terbaik di pagi itu?
Percayalah memang begitu.

Aku mengingatnya sebagai hari penuh perasaan.

"Bangun. bangun ta" begitu katamu pagi itu.
yang sepele namun terdengar rumit di telingaku.
Dengan apa aku harus menjelaskan bahwa aku senang mendengar suara itu.
Ada canggung, meski yang lebih terasa adalah keinginan untuk membayar segala kerinduan yang sembilan tahun lalu kita sama-sama susun.

"saya di depan tuan" itu adalah kalimat penjemputan yang sesegera mungkin membawaku berlari untuk duduk di sebelahmu, memulai hari penuh perasaan. 
Sulit sekali menatapmu. Tapi saat bisa, aku senang.

Aku mengingatnya sebagai hari penuh pernyataan.

Begitu banyak yang kita bicarakan. semuanya terangkum dengan judul "sembilan tahun tanpa kamu".
Entahlah, aku senang.
Kesenangan yang begitu biasa. 
Tidak istimewa, tapi jarang.
Sebatas mengetahui bahwa kita ternyata masih terus saling peduli. 

Aku mengingatnya sebagai hari penuh permulaan.

Kita tidak butuh banyak waktu untuk saling mengetahui rahasia di balik hati masing-masing.
Tuhan tidak mungkin tanpa alasan mempertemukan kita lagi dalam satu kejadian unik itu.
Entah baik atau buruk, yang aku yakini hanyalah pertemuan ini pasti punya makna. 

Aku mengingatnya sebagai hari penuh jawaban.

Seketika aku mengerti jika matamu adalah cerminan diriku sendiri.
Aku bahkan mendapati hal yang sama di matamu saat aku berpikir untuk tidak mau melepaskanmu lagi. 

Aku mengingatnya sebagai hari penuh harapan.

Aku telah ikhlas "sembilan tahun tanpa kamu" milik kita diisi orang lain.
Tapi sebagai gantinya, aku ingin kita bersama-sama menyusun cerita dengan judul yang lebih baik. 

Ideku, "Seterusnya dengan kamu".
Jika kamu tersenyum saat selesai membaca ini, artinya setuju.